Tambora Mountain

Tambora; Exotik dari titik nol
Jalur baru ke Tambora
Mendaki Gunung Tambora sebenarnya merupakan rutinitas tahunan bagi kami para Pencinta Alam dan Petualang yang ada di Bima, karena Gunung Tambora merupakan salah satu kebanggaan kami yang tercatat dalam sejarah dunia dengan ledakan dahsyatnya, dan dari ledakan dahsyatnya itu pula telah mengubur lembaran kisah tiga kerajaan yaitu kerajaan Pekat, Kerajaan Tambora dan kerajaan Sanggar yang sekarang sedang diteliti sisa kerajaan tersebut oleh para ahli dari berbagai negara.



Kalau pada tahun-tahun kemarin bahkan dibeberapa bulan yang lalu kami mendaki Gunung Tambora melewati Desa Pancasila Kabupaten Dompu, kini kami sudah memiliki jalur pendakian sendiri yang jauh lebih mudah, yang jauh lebih indah dan jauh lebih memuaskan yang juga akan kami tawarkan kepada anda para pencinta wisata petualang. Keindahan Route Gunung Tambora melewati Bima akan dimulai setelah keberangkatan anda dari Kota Bima, sepanjang jalan mata anda akan dimanjakan dengan pemandangan teluk Bima yang terlihat seperti sebuah danau besar yang dikelilingi oleh bukit-bukit besar khas daerah tropis. Memasuki daerah Madapangga, terdapat Hutan Tutupan Negara yang sejuk, pada sungainya mengalir air yang jernih dengan mata air segar keluar dari beberapa pohon besar di pinggiran sungai Madapangga. Kami tawarkan, jika anda start dari Kota Bima pagi, lebih baik bungkus sarapan anda dan anda bisa menikmati sarapan pagi yang lebih nikmat diantara gemericik air dan kicau burung di Madapangga.

Setengah jam keluar dari Madapangga, anda akan memasuki Kabupaten Dompu. Tidak banyak yang bisa anda nikmati di Kabupaten Dompu, tapi jika anda kekurangan logistic dan beberapa perlengkapan ringan, anda bisa mampir sejanak di Kabupaten Dompu untuk sekedar belanja. Satu jam dari Kabupaten Dompu, anda akan melewati perkebunan Jambu Mente di bukit teletabies pada ketinggian + 200 mdpl, setelah itu anda akan memasuki kecamatan Sanggar Kabupaten Bima yang dulunya merupakan salah satu kerajaan yang hilang karena letusan Gunung Tambora, tetapi jangan pernah bayangkan kalau Sanggar seperti bekas kerajaan Pompey di Eropa yang hilang karena letusan Gunung berapi.

Dermaga Kore
Di Kecamatan Sanggar anda bisa mampir sejenak untuk melihat-lihat kompleks pemakaman raja-raja sanggar, dan tak jauh dari tempat tersebut, terdapat sebuah dermaga nelayan tradisional tempat berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan tradisional milik penduduk sekitar. Dari dermaga tersebut anda bisa mengabadikan panorama Pantai Sanggar dan Gunung Tambora dari kejauhan. Atau jika anda menginginkan kesegaran air kelapa muda, cukup dengan Rp. 1500/buah anda sudah bisa menikmati segarnya kelapa muda dipinggir laut sambil menunggu perjalanan dilanjutkan.

Dari kecamatan Sanggar, anda akan melanjutkan perjalanan ke Desa Kawinda To’I Kecamatan Tambora, dari sanalah titik awal pendakian dimulai. Perjalanan menuju Desa Kawinda To’I adalah perjalanan yang cukup melelahkan, menegangkan dan menakjubkan. Jarak tempuh yang hampir lima jam perjalanan mungkin membuat anda cukup kelelahan, medan yang dilewati merupakan medan off road dengan kondisi jalan yang penuh liku, tanjakan, berbatu dan berdebu akan membuat adrenalin anda sedikit terpacu, namun panorama khas Gunung Tambora disepanjang perjalanan membuat kelelahan dan ketegangan anda melebur dalam sukacita dan kekaguman.


“Seperti Afrika” itulah mungkin gambaran yang tepat untuk menggambarkan panorama yang akan anda lewati menuju ke titik pendakian di Desa Kawinda To’i. Padang rumput kering kuning keemasan terhampar luas sepanjang mata memandang keselatan, segerombolan kuda liar yang sedang berteduh dibawah pohon yang tidak rimbun atau yang sedang berlarian saling mengejar dalam adu ketangkasan bisa anda lihat dari dekat dalam perjalanan anda. Disebelah barat, Gunung Tambora yang telah kehilangan sepertiga ketinggiannya terlihat kokoh seperti sebuah wajan raksasa dengan dua buah gunung kecil yang menyerupai gunung berapi purba di bawahnya. Sedangkan di bagian utara sepanjang perjalanan anda adalah laut luas tak bertepi dipandang mata.


Tidak hanya itu, dua oase mata air pinggir laut dan dua sungai dengan airnya yang jernih disediakan alam untuk anda berteduh dan menyegarkan diri. Oi Tampiro dan Labu Na’e nama oase tersebut, Oi Tampiro terdapat pada satu jam pertama perjalanan anda. Mata air yang keluar dari celah bebatuan dan berbentuk seperti sebuah bak mandi ini memiliki kesegaran yang alami, airnya terasa tawar padahal sudah bercampur dengan air laut. Pada satu jam perjalanan berikutnya adalah mata air Labu Na’e, tempatnya sejuk, rindang dan luas, mata airnya sekarang sudah diwadahi dalam bentuk sebuah sumur dipinggir laut dekat pengelolaan Hutan Tanaman Industri Gunung Tambora. Di Labu Na’e anda bisa mempersiapkan makan siang dan istrahat sejenak, atau mandi air laut di tepian pantai pasir hitamnya, tapi anda harus hati-hati dan jangan terlalu masuk kedalam, karena karena sekitar 20 meter dari garis pantai Labu Na’e memiliki kedalaman air yang cukup dalam dan gelap.


Pemberhentian selanjutnya adalah di Sori Katupa, sebuah dusun kecil dengan jumlah penduduk yang relative sedikit, hanya terdapat beberapa puluh rumah saja di dusun tersebut. Namun ditengah tanahnya yang kering kerontang, terdapat keindahan dan kesegaran tersendiri dari aliran sungai yang mengalir di pinggiran dusun Sori katupa. Apabila anda mengikuti aliran sungai menuju ke hulu, terdapat “Uma Ani” (Perkampungan Lebah Madu) yang sangat banyak. Pada setiap pohonnya terdapat puluhan sarang lebah madu dan ada banyak pohon pada daerah tersebut yang anda bisa jumpai sarang lebah madu alam. Sarang –sarang lebah madu tersebut sangat dijaga oleh warga sekitar karena merupakan sumber penghasilan utama masyarakat Dusun Sori Katupa.


Apabila anda melanjutkan perjalanan sampai pada satu setengah jam berikutnya, anda akan tiba di Desa Kawinda To’i. ada satu selter di desa tersebut yang menarik. Usahakan anda tiba di tempat tersebut menjelang sore hari, karena pada sore hari tersebut anda akan melihat dan melakukan pengamatan aneka ragam kupu-kupu dan burung yang berterbanagan di sekitar mata air dan aliran airnya yang menuju ke laut. Menghabiskan sore di tempat tersebut juga sangatlah strategis, karena pada sore hari, penduduk Kawinda To’I yang pergi mencari madu pada pagi hari, sore harinya akan melewati selter tersebut untuk sekedar minum, istrahat atau mencuci muka, anda bisa membeli langsung madu-madu hasil perburuan warga Kawinda To’I yang masih hangat, segar dan asli. Jika beruntung, mereka juga akan membawa pulang daging menjangan hasil tangkapan mereka di gunung Tambora.

Di selter terakhir ini anda jangan sampai kemalaman, karena anda masih harus, menuju ke titik pendakian yaitu di Base Camp SP4 atau di Base Camp Air Terjun yang berjarak hanya sekitar 15 menit dari shelter terakhir. Namun sebelum ke Base Camp Air Terjun sebagai titik awal pendakian, anda bisa mengambil gambar Sunset di kaki Gunung Tambora dan kemudian berjalan kaki sekitar 300 meter dari Pemukiman Transmigrasi SP4 dan anda akan tiba di Base Camp Air Terjun untuk masak, mandi dan mempersiapkan stamina dan perlengkapan untuk pendakian Gunung Tambora keesokan harinya.

Pagi hari sekitar jam 06.00 Wita diusahakan anda harus sudah mulai berangkat dari Base Camp Air Terjun, agar anda bisa mendapatkan panorama indah di pos 4 dengan Sunset yang berlatarkan pulau Satonda, pengamatan satwa Rusa/menjangan dan sensasi menarik berada diantara ratusan sriti/wallet yang berterbangan disekitar tubuh anda di padang savanna yang luas di Pos 4. Jarak tempuh antara Base Camp dan Pos 1 tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar 2 jam perjalanan. Jalurnyapun tidaklah terlalu sulit dan terjal, bahkan cenderung terbuka dengan tanaman-tanam pancang yang tidak telalu besar dan rapat. Sepanjang perjalanan menuju Pos 1, anda bisa menyaksikan panorama laut, Pulau Satonda, pemukiman Transmigrasi yang ada di kaki Gunung Tambora dan anda masih bisa mendengar suara air Terjun lainnya yang ada di lembah Gunung Tambora.

Dari pos 1 ke pos 2 berjarak sekitar 2 jam perjalanan, anda akan mulai memasuki hutan basah yang cukup lebat yang anda bisa lihat pada jalur menuju Pos 2 ini adalah lembah Gunung Tambora yang dari kejauhan anda bisa melihat padang Savana yang luas di lembah Tambora tempat Rusa merumput. Jalur pendakiannya tidaklah begitu terjal dan medannya tidak terlalu sulit untuk dilalui. Di Pos 2 anda bisa mengisi perbekalan air minum anda atau istrahat untuk masak.

Perjalanan menuju Pos 3 ditempuh sekitar 3 jam perjalanan, tetapi anda tidak akan merasa begitu kelelahan melewati jalur ini, karena pada jalur menuju Pos 3 anda akan melalui jalur lembab, dimana pohon-pohon pada jalur ini besar-besar, tinggi dan lebat sehingga cahaya matahari tidak sampai ke tanah. Posisi leader sangat diuntungkan pada jalur ini, karena biasanya leader akan sering berpapasan dengan babi hutan, rusa dan binatang-binatang hutan Tambora lainnya.

Jalur menuju Pos 4 ditempuh sekitar 2 jam setengah, jalur ini merupakan jalur terjal, sampai pada mendekati Pos 4 baru akan landai. Di Pos 4 anda bisa mendirikan tenda, mengambil air untuk keperluan makan minum dan anda bisa melakukan pemotretan Sunset dan pengamatan satwa.

 Jam 12 malam anda harus mulai berangkat menuju pos 5 dan Puncak Utara Gunung Tambora. Dari Pos 4 menuju Pos 5 dan puncak anda akan melewati Padang Savana yang luas dan hutan pinus, tidak ada air di Pos 5, jadi diharapkan anda membawa bekal secukupnya ketika melakukan pendakian ke puncak utara Gunung Tambora. Di Puncak Utara Gunung Tambora anda bisa menyaksikan Sunrise dengan background Gunung Sangian dan lautan, sedangkan di barat anda bisa mentaksikan Puncak Gunung Rinjani, Pulau Satonda dan Pulau Moyo.